SEMOGA TIADA HALANGAN
- Tersebutlah kini suatu waktu, tiada matahari, bulan, bintang, angin, (karena) langitpun belum juga terbentang, lenyaplah zaman kekosongan itu, tibalah zaman penciptaan. Di takdirkan seberbagai macam makluk menjelma. Senanglah dewa, karena dituruti, terlaksana segala sabdanya. Sang Hyang Shangkara (Siva) bersama-sama dengan bethari (Parwati) menciptakan segala sesuatu. Pada mulanya Bhatara Trinetra (Siva) berdua dengan Batari, bertempat di gunung Kailasha, seakan akan mereka terbaik, tersempurna, sungguh-sungguh menguasai dunia, menjadilah tempat itu suci sebagai istana dewa.
- Sang Hyang Sri Dewaswara yaitu Bhatara Sadgana (Siva) dengan Batari, tersebut dalam permulaan cerita, sebagai kidung pemujaan pertama terhadapnya, atas perintah Sri Dharmawangsa Tguh Anantawikramottunggadewa, seorang raja yang kepada-Nya dipersembahkan parwa umum.
- Prathainanca tad anusruyatam, dengarkanlah oleh tuanku sekalian akan ceeritera ini, bagian suci permulaan ceritera Adiparwa. Ada seorang begawan bernama Sonaka, melaksanakan korban di hutan Nemisa, dua belas tahun lamanya. Ketika korban sedang berlangsung, datang dan ikut sertalah sang Ugrasrawa dalam upacaranya. Siapakah sang Ugrasrawa itu?
- Ialah putra sang Romaharsyahna, ia sudah mempelajari dengan sempurna buku-buku Brahmandapurana dan Astadasaparwa (Mahabharata) yang telah di berikan oleh gurunya Begawan Byasa. Ketika sang Ugrasrawa datang disambutnyalah oleh segala penghuni asrama, semua maharsi yang bertapa di hutan Nemisa itu. Dimintalah ia menjadi pemimpin korban yang akan di buatnya. Di persembahkan kepadanya tempat duduk, disambut dengan air penghormatan, pencuci kaki dan mulut, sedemikian pula perjamuan sebagai kebiasaanya.
- Setelah di sambut sepantasnya, di tanyalah asal dan maksudnya, Jawabnya: "Janamejayayajnasya arpasastra mahatmana". "Hamba ini tadi melihat korban ular, yang dilakukan oleh maharaja Janamejaya. Urunglah korban itu, karena naga Tatsaka yang menggigit orang tuanya, sang Maharaja Parikesit. Tidak mati, meskipun kebanyakan habis masuk kedalam tungku pengorbanan.
- Serta diketahuinya akan ketidak sempurnaan koban itu, bersedihlah maharaja Janamejaya, karenanya dituturkan sebuah ceritera oleh begawan Waisampayana untuknya. Sang Begawan inilah yang melipur sedih Sri Maharaja. Hamba turut mendengarkan cerita itu, Astadasaparwa namanya, buah ciptaan Begawan Byasa, pokok isinya peperangan Korawa melawan Pandawa di Kuruksetra. Itulah yang di ceritakan oleh Begawan Waisampayana. Selesai itu hamba terus pergi mandi di pemandian Samantapancaka itu, terdengarlah kabar, bahwa tuanku (Sonaka) mangadakan korban".
- Demikianlah kata sang Ugrasrawa kepada para empu di hutan Nemisa, lalu ditanyakan kesaktian pemandian Samantapancaka, Jawab sang Ugrasrawa: "Traita dwaparayos sandhau, dahulu kala antara zaman Traita dan Dwapara, ada seorang Begawan bernama Rama Parasu. Keturunan Begawan Bhrgu. Ia berperang melawan Arjuna Sahasrabrahu. Bencilah para satria seduania, para raja daerah Bharatawarsa, datang membunuh Bagawan Jamadagni, ayah sang Rama Parasu. Ramaparasu marah kepada para ksatria karena kematian bapanya itu, maka membalas dendamlah ia membunuh para satria daerah Bharatawarsa.
- Ekawingsati Ksatria, duapuluh satu raja terbunuh olehnya, beserta dengan gajah, kuda dan keretanya. Darah raja-raja tahklukan tadi menjadi laut darah, akhirnya menjadi lima buah telaga, semua penuh dengan darah bagaikan lautan.
- Ia lalu melakukan korban: tarpahna wipula raktasnapananjali, kepada dewa leluhur, tidak senang ia (leluhur) akan korban itu, karena tidak sepantasnya darah yang demikian dikorbankan baginya. Karena itu datanglah semua leluhurnya demikian pula Begawan Rsika dan Begawan Jamadagni turun dari sorga, serunya: "Anakku Ramaparasu, tidaklah pantas seorang Brahmana seperti anakku ini melangsungkan korban darah, seyogyanya pemandian sakti sajalah anakku persembahkan sekarang juga, itulah syaratmu menghormat kepada kami". Terjadilah demikian, lima buah telaga tercipta, sakti dapat menyucikan darah raja-raja yang gugur di medan perang.
- Tasmat samantapancakam, oleh sebab itu bernama pemandian Samantapancaka, sebab konon barang siapa mati di pemandian itu (akan) kembali ke surga, demikian pula pada yang percaya, pergi mandi, lenyaplah segala cacat celanya. Dan sorga yang di perolehnya". Demikian seru leluhurnya, di sambut, disaksikan oleh para dewa, itulah sebabnya bernama pemandian Samantapancaka sampai sekarang.
- Kaliwaparayos sandhau, sampailah pada waktu antara zaman Dwapara dan Kali, pada waktu itu peperangan Pandawa dan Korawa berlangsung, di dekat pemandian Samantapancaka, yang menyebabkan lenyap kesaktian pemandian itu karenanya. Adapun jumlah pasukan Pandawa dan Korawa pada waktu itu: Astadasesu parwasu, aksauhinyapi manyate. Itulah jumlah prajuritnya pada waktu itu 7 aksohini. Itu semua termuat dalam Astadasaparwa, delapan belas buah ceritanya, semua mati tiada tersisa dalam waktu delapan belas malam. Adapun yang di sebut Aksohini itu: Eko ratho gajascaiwa, narah panca padatayah, trayascaiwa, turanggasca, pattir ewabhidhiyatte.
- Sapatti itu terdiri dari seekor gajah dan sebuah kereta, lima buah pedati, tiga ekor kuda, tiga (3) patti namanya sasenamuka: 3 sasenamuka namanya sagulma: 3 gulma namanya sagana: 3 gana namanya sawahini: 3 wahini namanya saprtana: 3 prtana namanya sacamu. Itulah jumlah keretanya. Adapun jumlah pedatinya. Nawendriyagni mukhasunyasasangka sangghah, Sembilan juta, lima keti, tiga laksa sembilan ribu lima puluh (9.539.050)
- Akasacandra rasatpawanah. Jumlah kudanya enam juta enam ratus enam puluh ekor. Itulah kumpulan yang bernama aksohini. Sebanyak itulah jumlah Korawa Pandawa pada waktu itu. Semua habis binasa tiada bersisa selama berlangsungnya peperangan dalam waktu delapan belas malam.
- Begawan Bhisma menjadi senapati Korawasata (deratus orang korawa) selama sepuluh malam, kalah oleh sang Arjuna membantu Srikandi. Dang Hyang Drona meneruskannya menjadi senapati selama lima malam, mati terpenggal oleh Dhrstadyumna. Sang Karna menggantikannya selama dua malam, gugur oleh sang Arjuna. Sang Salya menggantikannya, hanya setengah hari mati oleh Maharaja Yudhistira. Pada petang harinya Doryodahana kalah, mati dipukul pupunya oleh sang Bhima.
- Pada malam harinya sang Aswatthama, sang Krpa dan sang Krtawarmma, mengamuk dalam gelap gulita, membunuh lima orang putra Dropadi. Kecuali itu sang Dhrstadyumna, Srikandi serta bala tentara, habis mati tiada berbekas oleh sang Aswatthama. Karenanya punahlah aksohini tadi selama delapan belas malam. Itulah peperangan Korawa Pandawa yang tuanku kehendaki. Cerita ini dikarang ke dalam sebuah buku oleh Begawan Byasa, pada waktu wafatnya sang Dhrstarasta, Widura dan Sanjaya di pertapaan.
- Trisu warsesu tatwaya Krsna Dwaipayano wasi, Mahabharatam akhyanam krtam padartham uktika. Buku tersebut merupakan cerita Mahabharata, buku yang berisikan peperangan Korawa melawan Pandawa, disiapkan dalam waktu tiga tahun. Adapun Mahabharata tadi parwa-parwanya sebagai berikut: Adiparwa, Sabhaparwa, Aranyakaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Gadaparwa, Sauptikaparwa, Stripalapaparwa, Asmawedhaparwa, Asramawasaparwa, Mosalaparwa, Prasathanikaparwa, Swargarohanaparwa.
- Isi slokanya masing-masing Adiparwa berisi sloka delapan ribu delapan ratus delapan puluh empat (8.884), terdiri dari delapan ratus delapan belas bab (818). Isinya cerita Posya membakar hutan Kandawa. Sloka Sabhaparwa dua ribu lima ratus sebelas (2511), terdiri daritujuh puluh dua (72) bab, isinya perjanjian akan membuatkan gelanggang (sabha) sang Pandawa berakhir dengan perjudian. Yang menjadi taruhan perjudian Korawa Pandawa itu bertempat tinggal di hutan (bagi siapa yang kalah) kalahlah pandawa waktu itu.
- Sloka Aranyakaparwa Satu juta dua ratus dua puluh empat (1.000.224), terdiri dari dua ratus tujuh puluh dua (272) bab, isinya perbuatan Pandawa ketika masuk hutan berakhir dengan pesta besar. Sloka Wirataparwa dua ribu lima belas (2015) terdiri dari .... ketika Sang Pandawa meninggalkan senjatanya untuk masuk negeri (Wirata), berakhir dengan Abhimanyuwiwaha, perkawinan Abimanyu dengan Sang Uttari.
- Sloka Udyogaparwa enam ribu sembilan ratus dua puluh delapan (6.928), terdiri dari seratus delapan puluh enam (186) bab, isinya cerita perebutan Arjuna dan Doryodhana meminta Maharaja Krsna untuk turut serta dalam peperangan (Bharatayudha), berakhir dengan: Ambopakyana cerita tentang sang Amba ketika menjelma kepada Srikandi Sloka Bhismaparwa lima ribu delapan ratus delapan puluh empat (5884), terdiri dari seratus tujuh belas (117) bab, isinya: Jambusandawibhawana, sang Bhisma bagaikan sandaran bendera (pertahanan yang kuat), yang akhirnya kalah dengan sang Arjuna.
- Sloka Dronaparwa delapan ribu sembilan ratus delapan puluh empat (8984) terdiri dari seratus tujuh puluh (170) bab, isinya ketika Begawan Drona menjadi senapati, diakhiri dengan senjata Narayana, yaitu ketika sang Aswattama melepaskan panah mengenai sang Dhrstaketu, anak sang Cedi pengikut Pandawa.
- Sloka Karnaparwa sembilan ratus tujuh puluh (970) terdiri dari sembilan puluh enam (96) bab, isinya ketika sang Salya diminta belas kasihan oleh Sang Duryodhana, supaya mau menjadi sais kereta sang Karna, berajhir dengan matinya (Sang Karna). Sloka Salyaparwa tiga ribu dua ratus dua puluh (3220), terdiri dari seratus dua puluh satu (121) bab, isinya perang Bharatayudha, berakir dengan cerita para pahlawan wanita (istri para pahlawan).Sloka Soptikaparwa delapan ratus tujuh puluh (870) terdiri dari delapan belas (18) bab, isinya serangan Aswattama pada malam hari,berakhir dengan kekalahannya.
- Sloka Stripalaparwa tujuh ratus tujuh puluh (770), terdiri dari tujuh puluh (70) bab, isinya keluh kesah istri parawira, berakhir dengan pemberkahan jenazah segala yang mati di medan perang. Sloka Santikaparwa sejuta empat ribu lima ratus dua puluh lima (1.004.525) terdiri dari tiga ratus tiga puluh tiga (333) bab, isinya ketika begawan Bhisma ada di landasan anak panah, menasehati sang Yudhistira tentang dharma.
- Adapun sloka Aswamedhaparwa empat ribu empat ratus dua puluh (4420) terdiri dari seratus tiga puluh tiga (133) bab, isinya ketika sang Parikesit dinobatkan sebagai raja berakhir dengan wafatnya. Sloka Aswamawasaparwa seribu lima ratus delapan (1508) terdiri dari sembilan puluh dua (92) bab, isinya tentang sang Dhrtarasta naik kereta ke partapaan, berakhir dengan pelaksanaan korban kepada leluhur sang Yudhistira.
- Sloka Mosalaparwa tiga ratus (300) terdiri dari delapan (8) bab, isinya punah binasanya semua golongan Yadu, berakhir dengan pemberian nasehat bhagawan Byasa kepada sang Arjuna. Sloka Prasthanikaparwa seratus dua puluh tiga (123) isinya kepergian sang Pandawa meninggalkan negaranya berakhir dengan meninggalnya mereka di laut Waluka (sahara), tetapi sang Yudhistira tidak mati, karena di beri anugrah sang Hyang Dharma.
- Adapu sloka Swagarohanaparwa dua ratus terdiri dari ... bab, isinya kembalinya sang Pandawa ke surga. Itulah delapan belas (18) parwa yang diceritakan oleh Begawan Waisampayana kepada Maharaja Janamejaya." Demikianlah kata sang Ugrasrawa. semua empu yang ada di hutan Nemisa bertanya, termasuk pula begawan Sonaka, tentang cerita Maharaja Janamejaya bererita lagi:
Bab VIII memang tidak ada ya?
BalasHapus