Laman

Kamis, 06 Agustus 2015

ADIPARWA BAB VII

  1. Demikian cerita sang Ugrasrawa, bagawan Sonaka bertanya lagi: "Anakku sang Ugrasrawa; cerita ini amat menyenangkan, senanglah orang mendengarnya. Adapun yang kutanyakan lagi, ceritamu tadi, apa yang diperbuat para naga setelah dikutuk ibunya. Itulah maksudku yang engkau ceritakan sekarang. Bentangkanlah ceritamu kepadaku!"
    Demikian kata Begawan Sonaka, Sang Ugrasrawa menjawab:
  2. "Baiklah tuanku, jangan tuanku khawatir. Para naga sesudah dikutuk ibunya menjadi gundah gulana, putus asa dan bersedih hati.
    Naga yang tua, anak sang Kadru itu, bertapa memuja Bhatara Brahma, diberinya pekerjaan, menahan bumi, tidak mengenal susah: "seperti akulah keadaanmu!" Demikian kata Bhatara Brahma kepada para Naga, karena lalu menahan bumi, yaitu namanya Anantabhoga.
    Adapun sanak saudaranya, dengan dipimpin oleh sang hyang Basuki, bersidang memperbincangkan , bagaimana caranya mendapatkan ketentraman. Semua memikirkannya, lalu ada yang berkata kepada sang Basuki, katanya:
  3. "Sekarang menurut pendapatku, sebaiknya kalau ada raja yang bernama Janamejaya, keturunan pandawa, aku akan menjadi seorang Brahmana, akan bertempat tinggal bersama-sama dengan sang Janamejaya, dan selalu membuat ketenangan. Kalau akan ada maksudnya akan melaksanakan korban ular, aku akan berusaha mencegahnya, akan ku ajar dharma-dharma yang tidak baik; kalau korban ular itu dilangsungkan, yang demikian itu bukanlah dharma namanya. Demikian pendapatku yang kuutarakan!"
  4. Menyahutlah naga yang lain, katanya; "Pendapat itu baik! kudukung! aku akan menjadi tentara yang mengabdi kepada sang Janamejaya, yang melakukan apa yang dikerjakan oleh mentri yang kuat (berkuasa). Kalau ada tugas untuk melangsungkan korban ular, pada waktu itu aku menghalanginya, dan akan membenarkan kata brahmana, korban ular pasti tidak akan jadi dilangsungkan."
    Naga yang lain menyahut: "tidak akan dapat terlaksana pendapat yang demikian itu, sebab ia tidak mau dihalang-halangi oelh brahmana ataupun mentri. Adapun maksudku, hukuman sajalah yang kita lakukan, kalau ada seorang wiku, sang Janamejaya menyuruhnya berkurban, itulah yang kugigit, supaya korban ular dibuatnya tidak jadi.
  5. Jawab yang lain: "Ah! Sangat tidak baik pendapat itu, karena orang yang demikian itu akan sengsara karena pembunuhan Brahmana, tidak baik kau teruskan.
    Tetapi para abdi, segala kaki tangannya yang ikut dalam persajian itu dan yang melayani itu saja yang kugigit seadanya, sehingga sang Hyang Purohita takut mengerjakan, karena tidak ada pembantunya. Ada usaha yang lain, yaitu segala makanan, demikian pula minuman dan daging diperciki bisa, sehingga orang yang memakannya akan mati, karenanya lalu korban ular tidak jadi dilangsungkan.
  6. Ada yang lain lalu menjawab; "Segala usahamu itu tidak akan berguna semua. Pada waktu sedang melangsungkan korban itu saja raja Janamejaya kau gigit. Kalau dia mati siapa orang lain yang akan melangsungkan korban ular?"
    Demikian kata para naga, semua mengeluarkan pendapat masing-masing, tiada yang cocok dengan pendapat sang Basuki, semua  itu tidak menurut Dharma. Ailapatra, naga anak sang Kadru yang bungsu, menyahut katanya:
  7. "Hai! Kita semua ini naga! Dahulu, sewaktu ibu mengutuk kita dimakan api pada korban ular yang dilangsungkan oleh sang Raja Janamejaya, kita takut untuk dipangku sang ibu. Pada waktu itu Bhatara Brahma datang, aku mengikutinya". Semua dewa berdatangan menyembah kepada sang Batara Brahma:
    "Sang Kadru mengutuk anaknya, supaya mati pada korban ular. Hendaknya tuanku menjadi saksi apa yang dikatakan itu".
  8. Demikian kata para dewa, Bhatara Brahma menjawab:
    "Yang menyebabkan kutuk sang Kadru kepada para Naga, ialah karena seluruh dunia sangat gaduh oelh ular, rusak karena setiap kali digigit sebagai sasaran bisanya. Para naga sepantasnya mati pada korban ular.
    Hanya ular yang baik budinya, tidak mengkhawatirkan dunia, akan terhindar dari korban ular itu.
    Sebabnya akan terhindar itu, ada seorang Brahmana, namanya Jaratkaru. Yayawarakulotpana, anak seorang wiku Yayawabrata. Ia Berisitri Nagini, sama dengan namanya (Nagini Jaratkaru) anaknya itulah yang akan melepaskan dari korban ular.
  9. Demikian kata Bhatara Brahma yang terdengar olehku. Kerjakanlah hal itu olehmu!
    Demikianlah kata Ailapatra. Sang Basuki menjadi senang karenanya, menyambut baik kata sang Ailapatra. Tatah prabhrti naginim. Wasukih paryaraksata.Sejak itulah sang Basuki menjaga adiknya, Nagini, dan diberinama Jaratkaru. Tiada terkatakan berapa lama waktunya, sang Basuki menghadap golongan dewa, menanyakan caranya lepas dari korban ular, Bhatara Brahma mengatakan bahwa benar ada suara terdengar oleh Ailapatra, pada waktu itu. Hendaklah kau kerjakan. Sang Basuki lalu menyembah, hatinya menjadi tentram. Waktu sudah lewat, empat zaman sudah lampau terdengarlah suatu nama Pariksit, raja golongan Pandawa. Pada saat itulah Jaratkaru bertapa.
  10. Sesudah raja pariksit mangkat digigit ular, lalu sang Janamejaya memperistri sang Bramustiman, pada waktu itu sang Basuki memberikan adiknya yang bernama Jaratkaru kepada Brahmana Jaratkaru. Ia berputra sang Astika, yang sudah diceritakan dahulu".
    Demikan cerita sang Ugrisrawa, Begawan Sonaka bertanya kembali kepada sang Ugrasrawa, katanya:
    "Lanjutkanlah ceritamu, keadaan raja pariksit digigit Tatsaka, cerita itu saya dengarkan", sang Ugrasrawa menjawab, Katanya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar