Laman

Senin, 02 Maret 2015

Singhasari




  • Ken Angrok (Sri Ranggah Rajasa) (1222-1227M)
Menurut Pararatwan Ken Angrok naik tahta setelah memberontak kepada Dandang Gendis/Krtajaya. Ia membantu para Brahmana yang meminta perlindungan kepadanya. Ken Angrok naik tahta pada tahun 1144S (1222M). Pada tahun 1169S (1247M) ia di bunuh pelayannya atas perintah Anusapati anak tirinya.
Negara Krtagama menyebutka ken Angrok lahir pada tahun 1104S (1182M), dengan nama Sri Ranggah Rajasa, dan pulang ke Swargaloka pada tahun1149S (1227M) tanpa menyebutkan pembunuhan yang pernah terjadi. Ken Angrok adalah pendiri dinasti Rajasa.

Prasasti peninggalan Ken Angrok sendiri belum ditemukan hingga blog ini ditulis, namun keturunannya pernah menyebutkan mengenai ketokohannya, selain Pararatwan dan Negarakrtagama ada beberapa prasasti yang di keluarkan oleh wangsa Rajasa, diantaranya Prasasti Balawi 1227S keluaran Sri Nararrya Sanggramawijaya yang menyebutkan "yang menjadi pelindung permata dinasti Rajasa" (rajasawangsamaniwrndakastena). Prasasti Maribong 1186S keluaran Sri Jayawisnuwarddhana yang menyebutkan "kakeknya yang menentramkan dan mempersatukan dunia" (swapitamahastawanabhinnasrantalokapala). Prasasti Kusmala 1272S oleh Rakryan Dmung Sang Martabun Rangga Sapu. Prasasti Mula-Malurung 1177S oleh Wisnuwarddhana.
  • Anusapati (Nararyya Anusapatha) (1227-1248M)
Adalah putra biologis Ken Dedes dan Tunggul Ametung, ia naik tahta setelah menyuruh salah satu pelayannya pada waktu makan malam. Anusapati membunuh Ken Angrok setelah mendengar cerita dari ibunya bahwa ayah kandungya telah di bunuh oleh Ken Angrok.

Anusapati memerintah tidaklah lama, ia di buh pula oleh adik tirinya yang bernama Tohjaya ketika menyabung ayam. Dan di candikan di Kidal.
  •  Nararrya Gunging Baya
Dalam prasasti Mulamalurung pengganti Anusapati adalah Nararrya Gunging Baya, ia di sebutkan adalah adik Anusapati. Namun siapa dan bagaimana masa pemerintahan belumlah jelas. Lempeng prasasti Mulamalurung belumlah lengkap, yang telah ditemukan adalah lempeng II, IV dan VI mungkin sekali uraian mengenai silsilahnya ada dalam lempeng yang belum di temukan tersebut.
  • Tohjaya (Narrayya Tohjaya) (1248M)
Menurut naskah Pararatwan, ada tahun 1248M Tohjaya membunuh Anusapati, ia adalah putra Ken Angrok dengan Ken Umang, Tohjaya membunuh Anusapati karena ingin menuntut balas atas kematian ayahnya.

Namun seperti disebutkan diatas berita dari Pararatwan berlainan dengan isi Prasasti Mula-malurung, dalam prasasti itu menyebutkan sebelum Nararrya Tohjaya memerintah yang yang menggantikan Bhatara Anusanatha adalah Nararrya Gunging Baya Adik dari Anusapati.

Nararrya Tohjaya memerintah tidak lama, dia memerintah sekitar beberapa bulan saja di tahun 1248M. Ketika ia memerintah terjadi pemberontakan oleh orang-orang Sinelir. Berita Pararatwan menyebutkan Tohjaya meninggal saat terjadi pemberontakan itu, ia terluka karena tombak dan di larikan ke Katanglumbang oleh orang-orangnya, dan meninggal disana.
  • Wisnuwarddhana (Sri Jayawisnuwarddhana Sang Mapanji Smining Rat) (1248-1268M)
Naiktahta dengan gelar Sri Jayawisnuwarddhana Sang Mapanji Smining Rat menggantikan Nararrya Tohjaya, memerintah bersama Mahisa Cempaka berkedudukan sebagai ratu Anggabaya dengan gelar Narasinghamurtti. Mereka berdua memerintah bersama di gambarkan bagaikan ular dalam satu lubang. Pada tahun 1255M Wisnuwarddhana mengeluarkan sebuah prasasti yang isinya antara lain menetapkan dua desa sebagai sima yang bernama desa Mula dan desa Malurung karena telah berjasa karena telah berjasa kepada raja. Dalam prasasti tersebut Wisnuwarddhana juga disebut memperistri putri pamannya yang bernama Nararrya Waning Hyun. Pada tahun1264M Wisnuwarddhana kembali mengeluarkan prasasti untuk Desa Maribong yang termasuk wilayah Jipang. Namun untuk apa prasasti ini dikeluarkan tidak begitu jelas karena hanya di temukan lempeng permulaannya saja.

Kakawin Negarakrtagama menyebutkan bahwa raja Wisnuwarddhana membunuh musuh yang bernama Linggapati serta segenap pengikutnya. Pararaton memberitakan lebih lengkap dengan menambahkan Linggapati bertahan di Mahibbit. Tetapi pasukan raja yang dipimpin oleh Mahisa Bungulan berhasil merobohkan bangunan itu.

Negarakrtagama menyebut Wisnuwardhana naik ke swargaloka pada tahun 1268M, di candikan di Waleri dengan arca Siva dan di jajaghu dengan Arca Buddha. Tidak lama setelah Wisnuwarddhana meninggal Narasinghamurti-pun menyusul, ia di candikan di Kumeper sebagai arca Siva.

  • Kertanagara (1268-1292M)
Pada tahun 1254 ia di angkat sebagai yuwaraja (Raja Muda) berkedudukan di Daha yang memerintah seluruh daerah Kedhiri, ia disebut juga dengan nama Nararyya Murdhraja. Sebelum tahun 1268M Kertanegara belum memerintah sendiri sebagai raja Singhasari. Pada waktu itu ia masih di bawah bimbingan ayahnya, Wisnuwarddhana.

Raja Kertanegara adalah raja yang sangat terkenal. Salah satu capaian terbesar dalm tata negara adalah menerapkan gagasan cakrawala mandala. Pada awal pemerintahannya ia berhasil memadamkan pemberontakan yang di pimpin oleh Kalana Bhayat, dan terbunuh pada tahun 1270M. Lima tahun kemudian Kertanega mengirimkan pasukan untuk menahklukkan melayu. Tahun 1280M, Kertanegara kembali menunjukkan kekuatannya dengan berhasil membinasakan Mahisa Rangkah. Tahun 1248 ganti Bali yang menjadi sasarannya, kali ini rajanya tidak di bunuh, namun di batawan ke Singhasari.

Ke-Maharajaann Krtanegara digambarkan dalam sebuah Arca Camundi dari desa Ardimulyo Singhasari yang berangka tahun 1214S. Dak Aksara jawa kuna yang juga terpahatkan di belakang arcanya dan berbunyi "tatkala kapratisthan paduka bhatari maka tewek huwus ..r.. ..haraja digwijaya ring sakaloka manuyuyisakala dwipantaro". Selain itu ada juga arca Amoghapasha dari sungai langsat, yang di kirimkan untuk pemberian hadiah kepada raja Srimat Tribhuanaraja Mauliwarrmadewa.


Tidak sampai disitu, pada tahun1289M Meng Ch'i utusan Kubhilai Khan maharaja Mongol dilukai wajahnya ketika hendak meminta pengakuan tunduk dari Kertanegara. Peristiwa itu di anggap sebagai pengumuman perang oleh tentara Mongol. Mereka kembali pada tahun 1292M untuk menggempur Jawa, namun istana Singhasari telah dikuasai pihak lain. Yaitu Jayakatwang penguasa Dhaha dari Gelang-Gelang.

Pada bulan Jyesta 1291M, Kertanegara wafat karena serangan tentara Dhaha yang di pimpin oleh Jayakatwang. Serangan ini di lakukan keika pasukan Singhasari sebagian besar masih dalam perjalanan ekspedisi Pamalayu, dan baru kembali setahun kemudian.

Kertanegara di candikan di Singhasari dengan perwujudan tiga Arca yang melambangkan trikaya, yaitu sebagai Siva-Budha dalam bentuk Bhairawa, Ardhanari yang melambangkan sambhogakaya, dan sebagai Jina dalambentuk Amoghapasha.

Seusai pemberontakan Jayakatwang maka berakhirlah kekuasaan Tumapel. Dan di Lanjutkan oleh Wangsa Rajasa berikutnya, yang membuat pusat kakuatan di hutan Trik.

 Sumber
-Negarakrtagama
-Pararatwan
-SNI II


Tidak ada komentar:

Posting Komentar